Kata Pengantar
Alhamdulillahi Rabbil Alamin.
Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT
karena berkatNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil pratikum
ini. Tak lupa pula kita kirimkan shalawat dan salam atas junjungan Rasulullah
SAW yang telah membawa kita dari Alam yang gelap gulita menuju alam yang terang
benderang
Dalam penyusunan laporan hasil pratikum ini tentu saja jauh
dari kesempurnaan. Kerena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik demi
penyempurnaan dan perbaikan tugas ini.
Akhirnya, kepada seluruh pihak yang turut memberikan
partisipasi dalam terwujudnya hasil pratikum ini, tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih
Mudah-mudahan laporan pratikum ini dapat bermanfaat dan
dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.
Penulis
(Kelompok II)
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem pencernaan (bahasa Inggris: digestive system) adalah
sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi
energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur.
Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh
berbeda.
Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia
terjadi di sepanjang saluran pencernaan (bahasa Inggris: gastrointestinal
tract) dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang
terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah proses penyerapan
sari-sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa
- sisa makanan melalui anus.
Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis
hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut
serta jenis makanannya. pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya
masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan
pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang
dilakukan secara ekstrasel.[2]Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengamati macam-macam sistem pencernaan pada kelas, reptil, aves, mamalia.
B. TUJUAN PEMBEDAHAN
Tujuan
dilakukan pembedahan adalah untuk mengetahui sistem pernafasan dan sistem
pencernaan di setiap hewan yang kita bedah (reptil, , mamalia).
BAB II PEMBAHASAN
Sistem pencernaan (bahasa Inggris: digestive system) adalah
sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi
energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur.
Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh
berbeda.
Secara spesifik, sistem pencernaan berfungsi untuk mengambil
makanan, memecah nya menjadi molekul nutrisi yang lebih kecil, menyerap molekul
tersebut ke dalam alirah darah, kemudian membersihkan tubuh dari sisa
pencernaan [1].
organ yang termasuk dalam sistem pencernaan terbagi menjadi
dua kelompok:
A. Saluran pencernaan
Saluran pencernaan merupakan saluran yang kontinyu berupa
tabung yang dikelilingi otot. Saluran pencernaan mencerna makanan, memecah nya
menjadi bagian yang lebih kecil dan menyerap bagian tersebut menuju pembuluh
darah. Organ-organ yang termasuk di dalam nya adalah : mulut, faring, esofagus,
lambung, usus halus serta usus besar. Dari usus besar makanan akan dibuang
keluar tubuh melalui anus.
B. Organ pencernaan
tambahan (aksesoris)
Organ pencernaan tambahan ini berfungsi untuk membantu
saluran pencernaan dalam melakukan kerjanya. Gigi dan lidah terdapat dalam
rongga mulut, kantung empedu serta kelenjar pencernaan akan dihubungkan kepada
saluran pencernaan melalui sebuah saluran. Kelenjar pencernaan tambahan akan
memproduksi sekret yang berkontribusi dalam pemecahan bahan makanan. Gigi,
lidah, kantung empedu, beberapa kelenjar pencernaan seperti kelenjar ludah,
hati dan pankreas.
Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu
dengan hewan yang lain, ada yang berupa paru-paru, insang, kulit, trakea, dan
paruparu buku, bahkan ada beberapa organisme yang belum mempunyai alat khusus
sehingga oksigen berdifusi langsung dari lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada
hewan bersel satu, porifera, dan coelenterata. Pada ketiga hewan ini oksigen
berdifusi dari lingkungan melalui rongga tubuh.
BAB III METODE PENELITIAN
A. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT :
• 2 buah
pinset
• 2 buah pisau
bedah
• 2 buah
gunting bedah
• 6 buah
pentul
• talang bedah
• spoit
• masker
• sarung
tangan
• kapas
• obat bius
2. BAHAN :
• 1 ekor tikus putih
• 1 ekor cicak
• 1 ekor kodok
B. PROSES PENGERJAAN
1. MAMALIA
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah talang
bedah, gunting, pinset, pisau, dan jarum pentul.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah seekor Cavia
porcellus (Marmut/tikus).
B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Sebelum dilakukan pembedahan, Marmut dibius terlebih
dahulu.
2. Rambut-rambut pada bagian ventral dibasahi agar waktu
pembedahan rambut-rambut tersebut tidak beterbangan.
3. Kulit dipotong mulai dari posterior di muka penis atau
clitoris menuju ke anterior mengikuti garis medio ventral badan sampai ke ujung
mandibulla.
4. Kulit dibuka ke samping sampai otot-otot daerah abdomen dan
thorax terlihat.
5. Pembedahan daerah abdomen dimulai dari daerah inguinal
menuju anterior mengikuti garis medan badan kemudian dilanjutkan ke lateral
menyusuri diafragma sehingga otot daerah abdomen dapat dikuakkan dan
organ-organ yang ada pada rongga abdomen dapat terlihat.
6. Organ-organ yang terlihat diamati dan dituliskan sebagai
keterangan pada gambar yang ada pada diktat praktikum.
C. PEMBAHASAN
Mamalia adalah vertebrata yang tubuhnya tertutupi oleh
rambut. Kelenjar mamae dipunyai oleh hewan betina yang tumbuh baik untuk
menyusui anaknya. Anggota gerak depan dapat bermodifikasi untuk berlari,
menggali lubang, berenang dan terbang. Kulit marmut terdapat kelenjar keringat
dan kelenjar minyak (Brotowidjoyo, 1990). Mamalia dibedakan atas caput, truncus
dan cauda. Caput dihubungkan dengan truncus oleh leher, rongga thoraic dan
carvum pericardi. Skeleton humanium dapat dibagi dalam skeleton trunci,
cingulum membri inferioris dan skeleton membri liberi (Radiopoetro, 1990).
Cavia porcellus menurut Moment (1967) dan Djuhanda (1981)
termasuk ordo rodentia yang merupakan anggota mamalia yang bagian caecumnya
berkembang lebih baik dari semua mamalia yang ada dalam satu spesies, jumlahnya
kira-kira mencapai tiga ribu jenis. Sistem pernafasan yaitu trachea, glottis,
laring. Glotis adalah lubang masuk dari faring ke trachea. Pangkal trachea yang
melebar seperti kotak dinamakan larings. Bagian ini tidak hanya untuk lewatnya
udara saja, tetapi juga berguna sebagai alat suara.
Sistem pencernaan pada marmut antara lain terdiri atas
oesophagus, lambung dan usus, dengan oesophagus terletak di sebelah dorsal dari
trachea, melewati rongga dada kemudian menembus diafragma untuk masuk masuk ke
lambung. Lambung terletak di belakang diafragma sebelah kiri rongga abdomen,
usus terletak sesudah lambung, dapat dibedakan menjadi usus halus dan usus
kasar, usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum
yang batasnya tidak dapat dibedakan. Lambung dan duodenum dihubungkan dengan
suatu lubang yang disebut pilorus yang dindingnya terdiri dari otot sfingster
yang dapat membuka dan menutup, sedangkan usus kasar terdiri dari caecum, colon
dan rectum, serta berakhir pada anus (Djuhanda, 1980).
Marmut termasuk mamalia, yaitu hewan yang memiliki kelenjar
mamae untuk menyusui anaknya sebagai makanan pertama setelah mereka dilahirkan.
Ciri lain yang khas dari mamalia adalah tubuhnya dilindungi oleh rambut, kulit
mengandung bermacam-macam kelenjar, jari kaki mempunyai cakar, kuku, dan
telapak. Kaki beradaptasi untuk berjalan, memanjat, menggali tanah,
loncat. Marmot merupakan hewan berdarah
panas (Brotowidjoyo, 1993).
Marmut (Cavia porcellus) merupakan hewan pentadactil
(memiliki jari-jari yang bercakar), lengan bawah dapat pronasi dan suprinasi.
Hewan ini tidak berekor dan glandula mamae untuk menyusui anaknya. Uterusnya
bertipe dupleks, merupakan tipe yang paling primitif dimana bagian kanan dan
kiri uterus terpisah oleh adanya vagina pada hewan betina (Radiopoetro, 1986).
Cavia porcellus memiliki sistem urogenitalia yang terdiri
dari sistem urinaria dan sitem genitalia. Menurut Walter dan Sayles (1959)
salah satu alat ekskresi pada mamalia adalah ginjal yang disebut metanerfos.
Jumlah nefron pada mamalia sangat besar, laju metabolisme yang tinggi
menghasilkan limbah yang besar. Tubulus yang menghasilkan urin mengalir ke
dalam ureter yang berkembang sebagai suatu pertumbuhan dari saluran arkinefrik.
Urutan evolusi ginjal adalah holonefros, opistonefros, dan metanefros.
Perkembangan embrio mammalia terdapat mesoderm nefrogenik (mesoderm ginjal)
timbul di sebelah dorsal sepanjang embrio, tetapi hanya bagian paling belakang
yang berkembang menjadi metanefros dewasa.
Sistem genitalia Cavia porcellus jantan dibangun oleh
sepasang testis yang bentuknya bulat telur berwarna putih, terletak dalam
rongga perut. Epididymis terdiri dari caput, corpus, cauda epididymis. Ductus
deferens berupa saluran berjalan disebelah dorsal dari kantung urine dan
bermuara pada ductus spermatikus yang terdapat pada batang penis. Sepasang
papilla mammae (muara glandula mammae) terletak diantara kaki belakangnya,
namun pada hewan jantan, glandula mammae tidak melakukan sekresi. Bagian
belakang penis terdapat lekuk pirenium yang merupakan lekukan yang dalam dan
nampak selalu kotor. Lekuk ini merupakan tempat bermuara kelenjar bau yang
digunakan sebagai tanda pengenal spesies dan hedonik atau pemikat lawan jenis.
Sistem genitalia betina pada marmut tersusun atas beberapa organ, yaitu
ovarium, tuba falopi, oviduct (Weichert, 1984).
Sistem urinaria dibangun oleh sepasang ginjal yang berwarna
merah tua, berbentuk seperti kacang, terletak di daerah lumbar sebelah dorsal
dari rongga abdomen dan saluran pelepasan yang merupakan bagian medial ginjal
berupa hilus tempat keluarnya urine. Kelanjutan dari ginjal adalah ureter
saluran yang bermuara pada vesica urinaria aitu tempat penampungan urine
sementara yang akhirnya urin akan
dikeluarkan melalui uretra (ductus urospermatika) keluar tubuh (Jasin, 1989).
2. AMFIBI
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
talang, pisau (cutter),gunting, pinset dan jarum pentul;.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah seekor
kodok.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. kodok ibius terlebih dahulu, sebelum melakukan percobaan.
2. beberapa bagian di jepit dengan pentul agar memudahkan
kita untuk membedahnya
3. kemudian, bagian
kulitnya di tarik dan mulai membedah perut
4. Pembedahan dilanjutkan sepanjang carina sterni dengan
menggunakan cutter. Gallus gallus domesticus dikuak sejauh mungkin.
Bagian-bagiannya diamati.
5. Bagian perut dibedah untuk mengamati organ dalamnya
dimulai dari depan kloaka menuju ke depan ke kanan dan kiri bagian sternum
dengan memotong rusuk-rusuk sampai ke tulang fruktura.
6. Organ yang terlihat diamati dan dituliskan sebagai
keterangan pada gambar yang ada pada diktat praktikum.
C. PEMBAHASAN
Kodok merupakan salah satu jenis hewan amfibi atau hewan
yang hidup di dua alam, hewan amfibitermasuk hewan vertebrata atau bertulang
belakang. Hewan amfibi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- pernafasan dengan insang,kulit,paru-paru
- jantung amfibi terdiri dari tiga ruang yang terdiri dari 2 serambi dan 1 bilik
- mempunyai system pendengaran,yaitu berupa saluran auditori yang disebut tympanum
- hewan berdarah dingin
- matanya mempunyai selaput yang yang dinamakan membrane niktitans
- pembuahan terjadi secara eksternal
- kulit berlendir
- mempunyai selaput renang pada bagian kakinya
- saat masih kecil amfibi bernafas dengan insang.
Kodok memiliki system pencernaan seperti esophagus,lambung,usus,usus tebal dan kloaka.
Kelenjar pencernaan pada katak terdiri atas hati dan pancreas, hati berwarna
merah kecoklatan,terdiri atas lobus
kanan yang terbagi lagi menjadi dua lubulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu
yang disimpan dalam kantong empedu yang berwarna kehijauan. Pancreas berwarna
kekuningan, melekat di antara lambung dan usus dua belas jari. Pancreas
berfungsi menghasilkan enzim dan hormone
yang bermuara pada usus dua belas jari.
Bagian muka vrentikulus yang disebut cardiac,sedangkan bagian posterior mengecil dan berakhir dengan
pyloris. Kontraksi dinding otot ventrikulus meremas makanan jadi hancur dan
dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim atau verment yang
merupakan katalisator. Tiap-tiap enzim
merubah sekelompok zat makanan menjadi ikatan-ikatan yang lebih sederhana.
Enzim yang dihasilkan oleh ventrikulus
dan intestinum terdiri : pepsin,tripsin,erepsin untuk protein, lipase
untuk lemak. Disamping itu ventrikulus menghasilkan asam klorida untuk
mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang
menyebabkan bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak
peristalsis. Beberapa penyerapan zat makanan terjdi di ventrikulus tetapi terutama terjadi di intestinum. Makanan masuk
kedalam intestinum dari ventrikulus melalui klep pyloris.
Amfibi adalah satwa vertebrata dengan jumlah jenis terkecil,
yaitu sekitar 4,000 jenis. Walaupun sedikit, amfibi merupakan vertebrata
pertama yang berevolusi untuk kehidupan di darat dan merupakan nenek moyang
reptil. Dari ketiga Ordo tersebut, salamander adalah satu-satunya kelompok yang
tidak terdapat di Indonesia. Salamander dijumpai di Amerika utara dan tengah
sampai Amerika Selatan bagian utara, Eropa, Afrika, Jepang dan Taiwan.
Ordo Gymnophiona juga dikenal dengan nama lain sesilia. Ordo
ini terdiri dari 34 genera dan 5 famili. Jumlah jenis dari Ordo tersebut adalah
sebanyak 163 jenis, atau sekitar 3.5% dari seluruh jenis amfibi. Satwa dari
Ordo Gymnophiona memiliki tubuh panjang tanpa kaki, seperti cacing. Ciri-ciri
seperti bentuk tulang, gigi dan lemak dalam tubuh menyerupai amfibi, sehingga
sesilia termasuk dalam kelas tersebut. Sebagian besar sesilia berwarna abu-abu
kebiruan. Ukurannya berkisar dari 7 cm sampai 1.5 m. Satwa sesilia jarang
ditemui. Ordo Gymnophiona tersebar di Asia Tenggara, Amerika Tengah dan
Selatan, serta Afrika Tengah. Di Asia Selatan sesilia terdapat dari bagian
selatan Cina, India, Sri Lanka sampai Filipina selatan. Di Indonesia sesilia
terdapat di pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.
Katak dan kodok adalah anggota dari Ordo Anura. Untuk
penjelasan seterusnya, kelompok ini akan disebut katak. Ordo tersebut terdiri
dari 20 famili dengan 303 genera. Saat ini terdapat lebih dari 4,100 jenis
Anura di dunia, atau sekitar 87% dari semua jenis amfibi. Indonesia memiliki
sekitar 376 jenis amfibi (IUCN 2007). Jumlah jenis amfibi terus bertambah
dengan adanya penemuan jenis-jenis baru.
Katak dan kodok merupakan amfibi yang paling mudah dikenal.
Kata “anura” berarti “tanpa ekor”. Anura dewasa tidak memiliki ekor. Tubuh
katak tampak seperti berjongkok dengan empat kaki. Kaki depan berukuran lebih
kecil daripada kaki depan. Kaki belakang berfungsi untuk melompat. Kepala katak
tidak dipisahkan dari badan oleh leher yang jelas. Katak memiliki mata yang
besar dengan pupil horizontal atau vertikal.
Katak dan kodok berbeda dari ciri katak yang memiliki kulit
tipis dan halus, tubuh ramping, dan kaki yang lebih kurus dan panjang. Kodok
memiliki tubuh yang lebih pendek dan gemuk dengan kulit kasar dan tertutup
bintil-bintil. Warna katak bervariasi, dari hijau, coklat, hitam, merah,
oranye, kuning dan putih. Ukuran SVL (snout vent length) Anura berkisar dari
1-35 cm, tetapi kebanyakan berkisar antara 2-12 cm.
Morfologi katak berbeda tergantung pada habitatnya. Katak
pohon seperti famili Rhacophoridae memiliki piringan (discs) pada ujung jarinya
untuk membantu dalam memanjat. Katak akuatik atau semi-akuatik seperti famili
Ranidae memiliki selaput diantara jari-jarinya untuk membantu dalam berenang.
Katak terestrial tidak memiliki selaput ataupun piringan, tetapi cenderung
memiliiki warna yang menyerupai serasah atau lingkungan sekelilingnya, seperti
pada genus Megophrys.
Katak dan kodok tersebar pada seluruh benua kecuali pada kedua
kutub dan daerah gurun yang sangat kering, dengan lebih dari 80% dari seluruh
jenis terdapat di daerah tropik dan sub-tropik. Kelompok ini terdapat di
seluruh Indonesia, dari Sumatra sampai Irian.
3. REPTIL
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah talang,
pinset, pisau, gunting bedah dan jarum pentul.
Bahan yang digunakan adalah cicak/kadal .
B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Kadal yang sudah dibius menggunakan obat bius, kemudian
di letakan pada talang.
2. Bagian kepala langsung di amati tanpa di lakukan
pembedahan terlebih dahulu.
3. Pembedahan dimulai dengan pengguntingan di depan lubang
kloaka ke sisi kiri dan kanan tubuh kearah depan melewati kaki sampai ke tengah
rahang bawah.
4. Bagian- bagian dari kadal diamati dan dicatat pada gambar
yang sudah di sediakan dengan di dampingi asisten.
C. PEMBAHASAN
Kadal tergolong ordo squamata yang mencakup 6.000 species
yang masih hidup. Kadal yang memiliki sub-ordo lacertilian mencakup kira-kira
180 species dan sekitar 20 genus yang tersebar di seluruh Eropa, Asia, dan
Afrika. Kebanyakan kadal merupakan penghuni permukaan tanah, meskipun sebagian
memiliki kebiasaan memanjat pada pepohonan maupun bebatuan (Djuhanda, 1982).
Warna sisik pada tubuhnya tergantung dari umur, jenis
kelamin, dan keadaan fisiologis tubuhnya. Kadal jantan memiliki kepala yang
besar dari kepala betina. Ekornya secara khas mirip cambuk dan bentuknya bulat
dan panjang meruncing ke ujungnya dan mudah putus. Perbedaan antara kadal
betina dan kadal jantan adalah pada kadal jantan terdapat sepasang testis,
sedangkan pada kadal betina memiliki ovarium. Kadal jantan testis yang sebelah
kiri lebih tinggi daripada testis yang sebelah kanan, sepasang ginjal dan
hemipenis. Kadal betina memiliki sepasang ostium tuba, oviduct, dan ovarium
(Bratowidjoyo, 1993).
Sistem pencernaan kadal dibangun oleh kelenjar racun dari
kelenjar saliva. Mulut mamalia mengeluarkan cairan enzim pencernaan. Modifikasi
racun saliva terdapat 2 perbedaan racun, tergantung pada jenis kadal (Moment,
1967).
Paru-paru kadal sudah berkembang baik dan ukurannya cukup
besar. Bagian sirkulasi kadal berupa
jantung yang dibungkus membran transparan (pericardium) dan dibatasi oleh
endokardium. Sistem respiratoria terdiri dari struktur yang terletak diantara
nostril dan paru-paru yaitu glottis dan laring (Parker dan Hanswell, 1962).
Respirasi dimulai dengan masuknya udara ke nares externa
kemudian masuk ke nares interna melalui glottis sebagai celah lingua menuju ke
laring. Laring tersusun atas tiga buah tulang rawan dan berisi beberapa pasang
pita suara. Menuju trakhea yang bercabang menjadi dua bronchi yang kemudian
masing-masing menuju paru-paru (Jasin, 1989).
Sistem urogenital kadal terdiri dari sepasang ginjal, dari
ginjal keluar ureter yang bermuara di kloaka. Pada pangkal ureter terdapat
vesica urinaria. Organ urogenital jantan terdiri atas sepasang testis,
epidermis, vas deferens, dan sepasang hemipenis. Hemipenis merupakan alat
kopulasi yaitu untuk memasukkan sperma dalam tubuh kadal betina, sehingga kadal
jantan mengadakan fertilisasi internal (Jasin,1989)
Rahang pada mulut kadal bermacam-macam bentuknya sesuai
dengan bentuk dan ukuran giginya. Ekskresi kadal adalah semisolid seperti
burung dan kebanyakan reptil lainnya. Kadal jantan mempunyai 2 hemipenis yang
terletak di samping kloaka (Storer dan Usinger, 1961).
Hasil pengamatan kadal (Mabouya multifasciata) jantan
didapatkan bahwa pada kulit kadal terdapat squamae epididimis. Hal itu sesuai
dengan pernyataan Radiopoetra (1997), bahwa squamae pada kadal berbentuk tanduk
dan terletak pada lapisan dernal yang menulang. Lapisan terluar dari integumentum
yang menanduk tidak mengandung sel-sel saraf dan pembuluhan darah, bagian inti
mati, dan lama-lama akan mengelupas. Permukaan lapisan epidermal mengalami
keratinitasi, lapisan keratin ini ikut hilang apabila kadal berganti kulit.
BAB IV PEMBAHASAN
TABEL PENGAMATAN
TABEL PENGAMATAN
HEWAN
|
PERBEDAAN
|
||
JENIS KELAMIN
|
ORGAN-ORGAN TUBUH
|
HAL-HAL YANG MENARIK YANG DI TEMUKAN
|
|
1. TIKUS
|
Berjenis kelamin betina
|
Jantung, paru-paru, lambung, usus besar, usus halus, hati,
pancreas, ginjal, kantong kemih, dan alat reproduksi
|
- Tikus memiliki diafragma yang berfungsi
memisahkan antara rongga dada dan rongga perut.
- Posisi lambung, hati dan pangkreas itu
saling berdekatan
|
2. kodok
|
Berjenis kelamin betina
|
Osaphagus,ventrikulus(lambung),
Intestinum,usus tebal dan kloaka
|
-lambung yang bila diisi makanan akan membesar
-paru-paru pada kodok berwarna pink dan permukaannya
seperti liur
-memilki usus tebal
|
3. CICAK
|
Berjenis kelamin betina
|
Jantung, paru-paru, gijal, empedu, hati, usus halus, usus
besar, dan telur
|
- semua organnya memanjang termasuk hati dan ginjalnya.
- kaki cicak itu memiliki senyawa yang dapat melekat pada
dinding.
|
HEWAN PERBEDAAN
JENIS KELAMIN
ORGAN-ORGAN TUBUH
HAL-HAL YANG MENARIK YANG DI TEMUKAN
- TIKUS Berjenis kelamin betina Jantung, paru-paru, lambung, usus besar, usus halus, hati, pancreas, ginjal, kantong kemih, dan alat reproduksi
- Tikus memiliki diafragma yang
berfungsi memisahkan antara rongga dada dan rongga perut.
- Posisi lambung, hati dan pangkreas itu saling
berdekatan
- kodok berjenis kelamin betina, hati menempel pada paru-paru dan empedu tertutupi oleh hati, lambung berada tepat di bawah paru-paru sebelah kanan.
- CICAK Berjenis kelamin betina Jantung, paru-paru, gijal, empedu, hati, usus halus, usus besar, dan telur
- semua organnya memanjang
termasuk hati dan ginjalnya.
- kaki cicak itu memiliki
senyawa yang dapat melekat pada dinding.
BAB V PENUTUP
- KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum
dengan cara pembedahan kami dapat menyimpulkan bahwa ternyata sistem pernafasan
dan sistem pencernaan pada hewan itu berbeda-beda, dari segi bentuk dan fungsi
masing-masing. Sistem pencernaan mamalia, aves, dan reptile itu berbeda yang di
sebabkan oleh makan mereka.
- SARAN
Untuk melakukan pembedahan awal
pada hewan sebaiknya dilakukan terlebih dahulu dibagian bawah didekat
anus/bagian atas didekat kepala untuk menghindari organ-organ yang akan rusak
pada hewan yang akan dibedah. Selain itu kebersihan dan kesterilan dari
alat-alat juga harus dijaga.
BAB VI DAFTAR PUSTAKA
- http://infoter-baru.blogspot.com/2012/10/pengertian-ciri-dan-contoh-hewan-amfibi.html?m=1
- http://mengobati.org/sistem-pencernaan-katak
LAMPIRAN
TIKUS/MARCIT
SEBELUM DI BEDAH SESUDAH
DI BEDAH
KODOK
SEBELUM
DI BEDAH SESUDAH
DI BEDAH
CICAK/KADAL
SEBELUM
DI BEDAH SESUDAH DI BEDAH